GfdlTSMiTfGoBUd5TSW6TUz9TY==

Tak Apa, Bila Larimu Lebih Lambat

 


Dewasa ini, saya merasa kalau hidup saya tidak semenyenangkan dan sehebat teman-teman saya yang lain. Teman-teman saya sudah berlari jauh mendahului saya, tapi saya masih di tempat alias stagnan. Di dunia perkuliahan saya tergolong mahasiswa yang biasa saja, tidak aktif dalam berorganisasi, dan mempunyai sirkel pertemanan yang terbilang sempit. 


Terkadang saya bertanya, kenapa teman-teman saya bisa berlari sejauh itu? Ada yang sudah aktif berorganisasi, punya banyak teman, dan bahkan punya penghasilan sendiri. Sedangkan saya masih diam di tempat dan terkadang berlari perlahan lalu terengah.


Akhir-akhir ini, ingatan saya suka kembali ke masa-masa sekolah menengah atas. Saya baru menyadari, kalau hidup saya dulu pun nggak ada spesial-spesialnya. Ibaratnya kalau hidup saya itu martabak, rasanya pasti yang original alias biasa saja.  Tak ada rasa yang mudah dikenang. Flat saja gitu. Tak ada kenangan mengenai percintaan, di akademik pun terbilang biasa saja, dan teman pun itu-itu saja.


Apakah nanti di dunia perkuliahan hidup saya juga seperti rasa martabak yang original?


Melihat teman-teman saya yang sudah berlari jauh, tentunya saya merasa tertinggal di belakang. Saya pun tidak ingin kalah dan berusaha mengejar mereka. Oleh karena itu, saya mulai mengikuti organisasi dan kepanitiaan, berteman dengan mahasiswa dari prodi lain, serta berusaha mencari kerja supaya bisa menghasilkan uang. 


Namun, apa yang sudah saya lakukan masih belum cukup bagi saya. Saya merasa masih tertinggal jauh di belakang, belum bisa menyusul mereka.


Perasaan kalah pun menguasai saya. Berbagai macam pertanyaan muncul di benak saya. Kenapa saya masih merasa tertinggal di belakang? Kenapa saya masih masih merasa kurang? Kenapa saya tidak bisa menyusul mereka? Kenapa saya masih belum merasa cukup?


Cukup. Itulah yang seharusnya saya cari.


Selama ini, saya terlalu fokus untuk memenuhi hasrat saya yang ingin lebih unggul ataupun setara dengan teman-teman saya. Hingga saya melupakan prinsip yang selalu saya pegang selama ini yaitu, hidup itu bukanlah sebuah perlombaan. Setiap orang punya jalan dan start yang berbeda-beda. Tidak sepantasnya saya membandingkan hidup saya dengan mereka dan bahkan ingin mengungguli mereka.


Dengan merasa cukup, bukan berarti saya tertinggal di belakang. Cukup di sini berarti, saya menikmati semua hasil atas usaha yang telah saya lakukan tanpa membandingkannya dengan hasil orang lain. Lalu, saya juga belajar kalau tidak ada salahnya lari kita lebih lambat dari orang lain. Toh meskipun lambat, kita masih tetap berlari dan membuat perubahan untuk diri kita.


Jangan terlalu menyalahkan diri kalian. Apabila dalam hidup, kalian terbilang lambat dalam berlari, enjoy your process. Hidup tidak melulu soal siapa yang bisa mencapai garis finish lebih dahulu, tapi yang mampu membuat perubahan dalam hidup mereka meskipun secara perlahan-lahan.


Ini adalah sebuah pesan untuk diri saya yang selalu merasa tertinggal di belakang. Dan mungkin juga bisa bermanfaat untuk kalian yang sedang berada di posisi yang sama seperti saya. 


Terima kasih sudah membaca.


Tak apa, bila larimu lebih lambat dari yang lain karena hidup bukanlah sebuah perlombaan.


0Komentar