GfdlTSMiTfGoBUd5TSW6TUz9TY==

How To Glow Up Mentally? Cara Hidup Tenang di Tahun 2025

 


(Foto: puricreative)

Apa itu ‘glow up’?

Kata ‘glow up’ masif digunakan akhir-akhir ini di berbagai media sosial. Sebenarnya, apa sih glow up itu? Dalam bahasa gaul sendiri, glow up dimaknai sebagai transformasi diri menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik secara fisik maupun mental. 


Atau mudahnya, glow up merupakan upaya memperbaiki diri, misal dari yang awalnya suka marah-marah, kini mulai belajar mengendalikan emosi meletup-letupnya dan mencoba untuk menjadi lebih santai.


Glow up adalah cara terbaik untuk mencintai diri sendiri, karena ada banyak manfaat positif yang bisa kita dapatkan apabila mencoba untuk glow up, di antaranya merasakan ketenangan, lebih fokus pada diri sendiri, dan relax

Tips glow up secara mental



Karena saya sudah pernah membahas mengenai glow up secara fisik, kali ini saya ingin membahas mengenai glow up secara mental, supaya tidak hanya ‘luar’ kita saja yang bersinar, namun dari ‘dalam’ juga. 


Tips yang saya tulis di bawah merupakan cara-cara yang sudah saya terapkan kurang lebih setengah tahun ini dan saya sudah merasakan manfaatnya juga. Oleh karena itu, saya ingin membagikannya kepada kalian, agar di tahun baru nanti, kita bisa glow up secara mental. Yuk, simak tips di bawah ini!

1| Put yourself #1 priority

Tumbuh sebagai makhluk yang altruistis, tak jarang membuat manusia selalu menempatkan orang lain di atas dirinya sendiri. Ingin menyenangkan orang lain atau sungkan menolak permintaan orang alias people pleaser, seakan-akan kesenangan dan kebahagiaan orang lain merupakan hal paling penting. 


Akhirnya, apa? Diri sendiri menjadi prioritas kedua karena terlalu sibuk menyenangkan orang lain. 


Tapi, apakah kalian pernah bertanya pada diri sendiri, sudahkah kalian menempatkan diri kalian sebagai prioritas utama tanpa ada beban-beban lain yang bertujuan untuk membuat orang lain senang? 


Saya tahu, keinginan untuk diakui oleh orang lain akan selalu ada dalam diri setiap manusia. Namun, jangan sampai terlena dengan perasaan itu. Berani bilang ‘tidak’ jika kamu merasa keberatan akan permintaan orang lain. 


Menolak permintaan orang lain, tidak akan membuatmu jahat. Justru, kamu sedang membuat batasan, supaya tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain, dan tentu saja untuk dirimu sendiri.

2| Don’t forget to self-reflection

Saya selalu berusaha untuk berefleksi, di ujung hari, sebelum saya tidur. Menulis apa saja yang sudah saya lakukan di hari itu, hal baru yang sudah saya pelajari, dan evaluasi terhadap diri saya. Apakah saya sudah berbuat baik hari ini? Untuk diri saya dan orang lain? Atau justru, saya telah bertindak annoying dan banyak bergosip? Saya menulis semuanya di buku jurnal.


Tak lupa, saya juga memperbaiki hal-hal yang perlu dievaluasi dalam diri saya. Misalnya, jika saya banyak bergosip dengan teman. Pertanyaan yang terlontar pertama kali dalam refleksi di hari itu pasti: apa yang saya dapatkan ketika bergosip? 


Apakah saya merasa bahagia saat membicarakan orang? No, I don’t. Membicarakan keburukan orang lain, hanya membuang-buang waktu dan energi, Jadi, kenapa saya harus melakukannya lagi?


Self reflection membuat saya lebih bahagia dan punya kesadaran diri yang lebih baik. Saya menjadi lebih aware dengan hal baik atau buruk yang ada pada diri saya. Namun, hal paling penting dalam self reflection ini adalah, think clearly. 


Jangan ada kecondongan atau terpaku dengan ‘kebaikan’ diri sendiri. Saya yakin, pasti akan muncul bias dan membuat refleksi kalian sia-sia. Berusahalah untuk memposisikan diri kalian netral, jika kalian melakukan hal buruk, just admit and fix it.

3| Practice mindfulness

Saya pertama kali tahu mengenai mindfulness berasal dari buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life. Mindfulness sendiri merupakan sebuah teknik memusatkan fokus atau kesadaran pada semua kejadian yang terjadi di masa kini. 


Manfaatnya, kalian akan merasakan ketenangan, kecemasan dan stres mereda, sert lebih menikmati hidup. Hal ini telah saya rasakan selama sebulan terakhir telah mencoba mempraktikkan mindfulness di sela-sela kegiatan sehari-hari.


Praktik mindfulness yang bisa kalian terapkan, based on my experiences, yaitu meditasi, dan menikmati makanan saat sedang makan. Pertama kali saya mencoba meditasi, pikiran saya melayang kemana-mana dan bahkan saya tidak mendapatkan esensi meditasi itu sendiri. 


Ternyata, hal tersebut biasa terjadi. Alih-alih menghakimi pikiran yang muncul, coba untuk menjadi pengamat dan tetap menjaga ritme pernapasan yang keluar-masuk, lalu rasakan.


Menikmati makanan saat makanan tanpa melakukan aktivitas lain. Mengunyahnya perlahan, lalu merasakan perpaduan rasa asin, manis, atau asam dalam makanan ternyata berdampak besar bagi hidup saya. Saya merasa lebih menghargai momen makan dan merasa lebih tenang, tidak terburu-buru untuk menyelesaikan sesuatu.

4| Social media? Think again!

Social media ibarat pisau bermata dua: bisa menjadi tempat yang positif sekaligus negatif. Ada banyak hal yang bisa kita lihat dari media sosial, mulai dari informasi politik, teknologi, bahkan kehidupan pribadi. Banyak orang membagikan aktivitas sehari-hari dan pencapaian mereka. Hingga tak jarang, media sosial menjadi tempat yang nyaman untuk mengkomparasi. 


Kita, sebagai manusia yang biasa-biasa saja tanpa pencapaian besar, tak jarang membandingkan kehidupan kita dengan sosok tersebut. Kita dituntut untuk mengikuti gaya hidup mereka, style pakaian mereka, dan pencapaian mereka untuk bisa merasa puas. 


Namun, apakah hal tersebut baik untuk kesehatan mental kita? Maybe yes, maybe no


Di awal tadi saya sudah menyinggung bahwa media sosial ibarat pisau bermata dua. Kalian bisa mendapatkan hal positif dan negatif darinya. Positifnya apa, you get the motivation untuk tumbuh menjadi lebih baik lagi dari konten-konten positif yang tersedia di media sosial. 


Negatifnya, kamu bisa merasa overwhelmed karena terlalu mengikuti ‘standar’ orang lain. Kalau sukses itu harus seperti ini, produktif kalau seperti itu, dan lainnya. Kita jadi tidak bisa menetapkan standar kita sendiri karena terpaku dengan standar orang lain.


Jadi, jika kalian ingin bermain media sosial, just think again! Apakah media sosial worth your time dan berdampak positif bagi diri kalian? Apakah media sosial hanya menjadi tempat perbandingan hidup kita dengan influencer?

Penutup 

Balik lagi, pilihan untuk berubah ada pada diri kalian. Apakah kalian terlalu nyaman dengan diri kalian dan menolak untuk berubah, atau bertekad untuk memperbaiki meskipun kalian tahu, untuk berubah itu tidak mudah. 


Akan ada banyak tantangan yang kita hadapi, baik eksternal ataupun internal. Namun, tantangan dalam diri sendiri justru yang lebih sulit. Saya memerlukan waktu setengah tahun untuk bisa menerapkan tips di atas. Kalian mungkin butuh waktu lebih lama, atau malah lebih singkat. Semua orang punya pace-nya sendiri-sendiri. Just enjoy your process.


To change is not easy. But I know you can!


0Komentar